Kotamobagu – Menurunnya angka partisipasi politik masyarakat (Parmas) pada gelaran Pilkada Serentak Tahun 2024 kemarin, tak semata kesalahan apalagi kelalaian KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum.
Penegasan tersebut disampaikan mantan Anggota KPU Kota Kotamobagu dua periode, Asep Sabar, pada Rakor Evaluasi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi dan Hubungan Masyarakat, yang digelar KPU Sulawesi Utara di Aula KPU Kota Kotamobagu, Rabu (23/04/2025) siang.
Menurut Asep, KPU di semua jenjang sudah bekerja maksimal. Mereka sekuat tenaga melaksanakan seluruh tahapan mengikuti aturan dan regulasi yang berlaku, tidak ke kiri maupun ke kanan karena mereka tahu itu hanya akan beresiko dan bermasalah.
“Bayangkan tekanan politik yang mereka hadapi; kiri, kanan, atas, bawah, semua dirasakan serta diterima dengan lapang dada. Semangat mereka demi suksesnya pilkada. Kalau kemudian tiba-tiba hasil akhirnya atau angka parmasnya tidak memuaskan atau tidak sesuai target, apa kita harus juga salahkan mereka sebagai pihak yang bertanggungjawab? Sangat naif dan tidak adil,” tegas Asep.
Pada peserta rakor evaluasi yang terdiri dari Pimpinan dan staf Divisi Parmas KPU Kabupaten/Kota se-Sulut, Asep mengevaluasi pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 yang untuk pertama kali dilaksanakan.
“Untuk sosialisasi kepada pemilih; apa sih yang belum atau tidak dilakukan oleh KPU khususnya di Sulut? Semua sudah, bahkan secara massif dan habis-habisan. Mulai dari kampus, sekolah, elemen masyarakat: petani, nelayan, pedagang. Bahkan organisasi pemuda, tokoh agama, adat, termasuk masyarakat kalangan bawah sekalipun, serta disabilitas, semua sudah dilakukan. Lalu, kenapa angka partisipasi menurun? Ini yang jadi evaluasi dan bahan perenungan kita bersama tentunya,” kata Asep.
Pada kesempatan itu, ia menjelaskan faktor penyebab turunnya angka parmas diantaranya adalah mepet atau berdekatannya pelaksanaan pemilu dan pilkada, sebab tak hanya penyelenggara yang jenuh dan lelah, tapi juga peserta dan bahkan pemilih. Artinya belum selesai persoalan pemilu kini sudah muncul persoalan lain yang tidak kalah peliknya, sehingga tidak jarang pemilih masa bodoh dan skeptis. Demikian juga kondisi psykis parpol yang sudah habis-habisan urus pemilu, tiba-tiba harus kerja bakti lagi memenangkan calon partainya, ini yang terjadi.
“Karena itu diusulkan sebaiknya diberi jeda waktu panjang antara pemilu dan pilkada, agar tidak terjadi lagi kejenuhan baik penyelenggara, peserta maupun pemilih. Masih banyak lagi faktor penyebab turunnya angka parmas. Pasti teman-teman KPU sudah paham,” jelasnya.
Dibagian akhir Asep “merekomendasikan” kepada KPU; ke depan, ketika tidak ada lagi tahapan baik pemilu maupun pilkada, lakukanlah program pendidikan pemilih (voter education) ke seluruh elemen masyarakat dengan melibatkan pemerintah, partai politik dan pemerhati. Naik turunnya persentasi parmas bukan semata tanggungjawab dan tugas KPU, tapi juga pemerintah, parpol dan bahkan masyakarat pemilih sendiri.
“Butuh metode dan modelnya, harus didiskusikan seperti apa baiknya disesuaikan dengan audien yang jadi sasaran atau target. Yang pasti harus ada pembeda antara masa tahapan dengan non tahapan,” tukasnya.
Sementara itu saat membuka acara rakor dan evaluasi Anggota KPU Sulut; Awaludin Umbola, memaparkan soal perjalanan tahapan pilkada serentak di Sulut. Diakui memang terjadi penurunan angka persentasi partisipasi masyarakat pada pilkada 2024 kemarin.
“Ini sudah menjadi catatan KPU secara nasional yang juga mengalami penurunan. Namun secara nasional justru Sulut memberikan sumbangan angka persentasi yang tidak sedikit,” kata Ewin.
“Ini jadi catatan kita semua agar ke depan bisa lebih baik lagi. Karena itu kami mengundang bernbagai pihak untuk berkontribusi pemikiran maupun tukar pengalaman dalam rangka perbaikan le depan. Hasil ini selanjutnya menjadi catatan serta bahan evaluasi kami,” tambahnya.
Hadir di acara yang digelar secara luring dan daring hingga Kamis (24/04/2025) itu lima komisioner KPU Kota Kotamobagu sebagai tuan rumah; Mishard Manoppo (Ketua), Hairun Laode, Ivan Tandayu, Herliana Amir dan Ilmi Paputungan.***
Penulis: Gito Simbala
Comment